Rahim Pengganti

Bab 36 "Kabar Baik atau Buruk"



Bab 36 "Kabar Baik atau Buruk"

0Bab 36     

Kabar baik atau buruk     

"Hallo Sayang, kamu masih di sana kan?" tanya Bian.     

"Iya Mas. Masih, terserah Mas Bian aja. Kalau emang bisa jemput silakan, kalau ganggu waktu Mas gak usah. Aku sama pak Budi kok ke sana," jawab Caca dengan lembut, wanita itu tidak mau berharap yang berlebihan karena dirinya tahu seperti apa posisi mereka.     

"Gak sayang. Pokoknya nanti Mas jemput ya, kamu tunggu aja di sana. Mas juga pengen ketemu sama Bunda kok. Ya udah Mas tutup dulu ya."     

"Iya Mas."     

Panggilan telpon tersebut, terputus Carissa kembali memilih apa lagi yang akan dirinya bawa. Wanita itu tidak mau memikirkan Della dan Aiden, yang harus dia pikirkan saat ini adalah pergi ke panti memberikan kabar bahagia ini kepada sang Bunda.     

Bagi Carissa Bunda Iren adalah segalanya, sama seperti Mama Ratih. Dari kedua wanita itu Carissa bisa mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Yang sudah sangat tidak bisa Carissa rasakan sejak lama.     

***     

Carissa sudah sampai di Panti Asuhan tersebut, wanita itu bingung dengan sebuah mobil mewah yang terparkir dengan baik di sana.     

"Ada siapa ya," gumamnya dalam hati.     

Caca segera masuk ke dalam rumah. Ternyata di sana anak anak sedang bermain, Carissa menyapa mereka semua lalu beranjak dari tempat itu mencari keberadaan sang Bunda.     

"Bund ... Bunda ... Bunda," panggil Carissa.     

Bunda Iren bersama dengan seorang pria segera menoleh ke arah belakang. Tepat di saat itu juga, Carissa berhasil melangkahkan kakinya menuju taman samping.     

"Mas Alan!!" seru Carissa.     

Pria itu tersenyum ke arah Caca, Akan sedang bermain ke panti asuhan. Tempat dirinya dibesarkan, tempat di mana Alan berhasil menjadi manusia yang berguna. Andai dulu, Bunda Iren tidak menyelamatkan dirinya sudah pasti saat ini, entah jadi apa Alan.     

"Kamu ke sini kenapa gak bilang bilang, Nak," ucap Bunda Iren.     

"He he he, iya Bund. Soalnya mau kasih tahu hal yang serius. Jadi langsung ke sini," ucap Caca. Mendengar hal penting, membuat Bunda Iren tidak tenang. Wanita itu meminta Carissa untuk menjelaskan semuanya namun, Caca masih enggan wanita itu mengatakan nanti saja setelah dirinya beristirahat.     

***     

Sore harinya, Carissa dan Bunda Iren sedang duduk di teras depan panti sembari menyaksikan anak anak panti sedang bermain di sana. Alan sudah pulang beberapa jam yang lalu, pria itu harus menyelesaikan urusannya.     

Alan datang ke panti asuhan, karena rindu dengan Bunda Iren serta membelikan beberapa paket menggambar untuk para anak anak di sana, sesui dengan janji yang pernah Alan berikan kepada mereka.     

"Kami ke sini. Kenapa sih Nak, jangan bikin Bunda khawatir sayang," ucap Bunda Iren. Wanita paruh baya itu, sudah menunggu Carissa bercerita sejak tadi. Namun, belum juga Caca ingin bercerita. Wanita itu malahan mengulur ngulur waktu supaya nanti saja memberitahukan hal tersebut.     

Caca lalu beranjak dari duduknya, dan memberikan sesuatu kepada sang Bunda. Dahi Bunda Iren berkerut menatap benda itu, segera dirinya membukannya. Matanya melotot dan pandangannya menatap ke arah benda kecil itu.     

Diambilnya benda tersebut, lalu menoleh ke arah Carissa yang sudah tersenyum bahagia ke arahnya. Segera Bunda Iren memeluk erat anak nya, air mata wanita itu menetes tak terbendung lagi.     

Keduanya menangis, sembari berpelukan. "Selamat Sayang, selamat. Bunda punya cucu, ya Allah bahagia sekali. Terima kasih ya Nak. Sehat sehat buat kamu, buat calon cucu Bunda juga," ucap Bunda Iren.     

"Makasih Bunda. Terima kasih untuk semuanya, berdoa dan restu Bunda semuanya," balas Caca.     

"Kamu pengen apa. Biar Bunda buatkan, untuk kamu. Siapa tahu cucu Bunda ini, pengen sesuatu," ujar Bunda Iren.     

Carissa sedikit memikirkan sesuatu, terlintas di benaknya ingin makan putu ayu. Caca segera mengatakan hal itu kepada Bunda, dan untung lah stok bahan masih ada. Segera calon eyang untuk anak Carissa itu, menuju ke dapur untuk membuatkan makanan yang diinginkan oleh calon cucu nya.     

***     

Hari sudah malam, Carissa sudah menghabiskan hampir setengah loyang putu ayu. Bunda Iren sengaja membuatkannya seukuran loyang, supaya Caca enak memakannya.     

"Mungkin masih sibuk, Nak," jelas Bunda Iren.     

Carissa hanya mengangukkan kepalanya, mencoba untuk menerima keadaan saat ini. Sore tadi, Bian masih berkirim pesan bahwa dirinya yang akan menjemput Carissa namun, hingga malam seperti saat ini pria itu belum juga datang.     

Nomor handphone nya juga tidak bisa dihubungi, Carissa takut dan juga cemas. Jika sesuatu terjadi kepada suaminya itu.     

Tok     

Tok     

Tok     

Suara pintu diketuk dari luar terdengar, senyum simpul terbit di bibir Carissa. Wanita itu segera keluar namun, senyum tersebut seketika hilang saat melihat siapa yang ada di sana.     

"Maaf menganggu Bu. Bapak menelpon untuk menjemput ibu, di suruh ke rumah Nyonya Ratih. Mari ibu saya antarkan," ucap Pak Budi.     

"Ada apa ya Pak?" tanya Carissa.     

"Saya juga tidak tahu Bu. Cuma itu saja pesan bapak," jelasnya lagi.     

Tiba tiba saja, perasaan Caca tidak enak, wanita itu segera pamit kepada Bunda Iren. Tak lupa sang Bunda membawakan kue putu untuk mertuanya Carissa.     

"Caca pamit ya Bund," ucapnya.     

"Hati hati di jalan ya, Nak."     

Setelah pamit, Carissa langsung masuk ke dalam mobil. Wanita itu ingin segera sampai di rumah mertuanya.     

***     

Semakin dekat, semakin membuat jantung Carissa berdetak dengan sangat kencang. Tak lama mobil yang dikendarai oleh Pak Budi sudah sampai di depan rumah Mama Ratih, mobil sang suami sudah ada di sana. Segera Carissa turun, dan masuk ke dalam rumah, ternyat sudah ada Mama Ratih, Siska, Bian dan juga Della yang berada di samping suaminya.     

"Sini Nak," ucap Mama Ratih. Carissa segera duduk di tengah tengah Mama Ratih dan juga Siska.     

Bian tersenyum ke arah dirinya, senyum yang mampu membuat Carissa bahagia dan jatuh cinta berulang kali kepada suaminya itu.     

"Mas aku capek," ujar Della. Pandangan mata, Bian menoleh ke arah istri pertamanya itu, mengusap lembut kepala Della. Hal itu membuat Carissa menolehkan pandangannya, tidak nyaman melihat kemesraan kedua manusia di depannya saat ini.     

Bian mulai, dengan segera ucapannya. Pria itu mengeluarkan sebuah surat, tidak ada niat sedikitpun dari Carissa untuk menyentuh. Entah kenapa saat ini perasaan dirinya benar benar tidak karuan.     

"Ma ... Della hamil."     

Deg     

Deg     

Deg     

Jantung Carissa berdetak sangat kuat ketika mendengar ucapan itu, wanita itu menatap ke arah sang suami yang sudah memasak wajah bahagia, senyum yang tercetak jelas di bibir suaminya itu adalah senyum tulus.     

Perasaan yang sejak tadi membuat, Caca tidak nyaman ternyata ini. Ada kabar yang begitu mengejutkan untuk dirinya, Caca menarik napasnya panjang. Pandangan mata Caca dan Siska bertemu, gadis itu ingin memberitahukan kabar lainnya namun, tidak Carissa melarangnya. Saat ini tidak tepat waktunya jika, dirinya juga mengatakan bahwa sedang hamil.     

Caca hanya takut, menerima ekspresi Bian nantinya. Ekspresi yang menurutnya akan melukai hatinya lebih dalam lagi. Sehingga biarkan semuanya, mengalir seperti air.     

"Selamat ya Mas Bian dan Della, sehat terus ibu dan baby-nya," ucap tulus Carissa.     

"Terima kasih Caca," jawab Della.     

Sedangkan Bian hanya tersenyum terus, sembari memeluk istrinya itu seolah dia lupa jika ada istri lain di sana yang juga memerlukan kasih sayang dari dirinya.     

Ingin rasanya Carissa menangis, dan mengeluh namun, dirinya mengerti akan posisinya saat ini. Jika dia tidak terlalu berharga, sepeti Della istri pertama suaminya.     

###     

Halo gimana part-nya? Semoga suka ya. Yok review sebanyak banyaknya biar bintangnya nyala. Hehe. Selamat membaca yaaa, love you guys, sehat sellaut buat kita semua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.